"Potensi diri tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi karena kemauan untuk berkembang."
Beberapa tahun lalu, hidup rasanya seperti jalanan terjal menurun tanpa rem. Tahun pasang surut, penuh dengan ketidakpastian. Kehadiran AI yang mulai muncul dan berkembang dengan cepat. Rasanya seperti petir di siang bolong. Pekerjaan yang dulunya jadi sumber penghasilan kini mendadak bisa diselesaikan AI dalam hitungan detik.
Saya yang dikenal di kampung sebagai tukang edit foto andalan, merasa seperti kehilangan pijakan. Coba bayangkan, keterampilan yang dulunya dibanggakan, tiba-tiba terasa usang.
Semua serba AI untuk mengubah foto yang kita mau. Bahkan tetangga yang dulunya bolak balik mampir buat edit foto, sekarang sudah tidak pernah lagi terlihat. Alasannya “Pakai AI udah bisa mas, lebih praktis dan gak bayar”.
Begitulah AI yang mulai menggantikan keterampilam saya sebagai tukang edit foto.
Belum usai bersiteru dengan jasa edit foto, AI kembali mengambil alih pekerjaan saya lainnya yaitu desain grafis. Bertahun-tahun saya mempelajari keterampilan desain, kini seolah-olah terasa usang dalam sekejap.
Belajar desain dari tahun 2019 hingga 2022 | Source: Dok.Pri
Selain sebagai seorang tukang edit foto, saya juga berprofesi sebagai tukang desain. Alhamdulillah, desain menjadi pekerjaan utama saya di awal tahun 2020an.
Dampak PHK saat Covid-19 menuntut saya untuk belajar desain. Mengikuti beberapa kelas online desain dan mulai belajar membuat logo, flayer, banner dan berbagai macam konten sosial media. Alhasil saya membuka usaha jasa desain di kampung halaman.
Namun, lagi dan lagi…
Keberadaan AI benar-benar membuat saya tidak berkutik.
Rasanya baru saja menghirup udara segar di kampung halaman dengan profesi sebagai tukang desain. Lagi-lagi, profesi ini pun mulai digerus perlahan oleh teknologi yang tak pernah tidur.
Rasa kecewa tentu ada. Namun apa mau dikata, dunia terus bergerak dan teknologi tak pernah mengenal kita, dunia terus bergerak dan AI tak pernah menunggu siapa pun.
Perlahan, saya mulai belajar lagi. Menolak atau beradaptasi untuk mengenalnya. Semua kembali kepada sudut pandang kita terhadap AI. Menolak atau beradaptasi?
Belajar dari pengalaman saya sebelumnya, sebenarnya yang salah bukan AI. Tetapi cara saya menyambut AI dari sudut pandang yang salah. Atau mungkin, cara saya yang tidak siap dengan perubahan itu sendiri. Saya terlalu sibuk merasa terancam, hingga lupa bahwa AI hanyalah alat atau aplikasi cerdas, namun tetap perlu sentuhan dari manusia itu sendiri.
Ketika saya memandang AI sebagai musuh, maka saya pun akan tertinggal. Tetapi ketika saya belajar beradaptasi, membuka pikiran, dan menyesuaikan diri, AI justru bisa menjadi kawan dalam menciptakan karya yang lebih baik.
Melalui analisa SWOT inilah saya sadar bahwa kesempatan ada di depan mata. Sekalipun jasa edit foto dan desain tak lagi seramai dulu, tapi saya yakin bawah saya bisa bertahan dengan mengembangkan potensi diri untuk menyambut peluang baru.
Cara saya mengubah sudut pandang dengan menganalisa AI | Infografis: Adhi Hermawan
Tatkala saya memutuskan untuk memilih jalur beradaptasi dengan AI. Harapan itu masaih ada. Saya merasa ada kekuatan baru dalam diri saya untuk terus meningkatkan produktifitas, menciptakan ide dan tentunya manajemen waktu yang lebih baik.
Awalnya memang tidak mudah. Perlu keterampilan dalam mengkulik informasi tentang fitur-fitur atau aplikasi AI. Saya harus beradaptasi dengan cepat, karena bisa jadi persaingan semakin ketat. Namun saat saya sudah menguasai dan memahami alurnya. Kesempatan dan peluang itu terbuka lebar.
AI membuka jalan yang sebelumnya terasa buntu kini membuka harapan baru. Saya tidak harus terpaku pada jasa edit foto dan desain, tetapi bisa mengembangkan jasa lainnya. Dan sejak mulai mengembangkan potensi diri dengan AI, saya bisa menemukan passion baru saya seperti membuat video cerita animasi dan pengembang website.
Siapa sangka, kehadiran AI justru mampu membongkar tembok yang menghalangi kreativitas, dan membuka kemungkinan baru tanpa batas.
Dulu, hal-hal seperti membuat website dan video animasi terasa mustahil karena memerlukan perangkat mumpuni dan keahlian teknis yang cukup tinggi. Inilah alasan saya tidak ingin menyia-nyiakan peluang besar dan justru bisa dilakukan dengan lebih praktis.
Saya pun mulai mengikuti berbagai kelas AI diantaranya: kelas AI design graphic, kelas video cerita animasi dan kelas membuat website dengan AI.
Untuk memperluas wawasan desain grafis dengan memaksimalkan AI
Mengikuti kelas AI untuk Desainer | Source: Dok.Pri
Saya menyadari bahwa keterbatasan saya dalam membuat desain adalah ide itu sendiri. Oleh karena itu, mengikuti kelas desain AI adalah solusi saya untuk terus berkembang dalam menciptakan sebuah desain serta memerlukan banyak referensi dan pemikiran yang out of the box. Oleh karena itu, mengikuti kelas desain AI adalah solusi saya untuk terus berkembang dalam menciptakan sebuah desain.
Di kelas desain yang saya ikuti, saya mulai belajar bagaimana cara menggali ide secara sistematis, bukan hanya mengandalkan inspirasi sesaat. Saya diajak untuk bereksperimen dengan AI sebagai alat bantu, mengevaluasi hasil karya, dan merevisi ide, hingga akhirnya menemukan gaya visual yang unik dan tepat sasaran.
Berbagi platform AI khusus desain yang cukup membantu hingga berbagi cara cepat memproses desain dan menemukan ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Begitu juga dengan platform seperti DALL·E atau Midjourney yang memungkinkan saya untuk menghasilkan konsep visual hanya dengan memasukkan deskripsi teks estetis.
Untuk menambah keterampilan baru dan mengembangkan channel Youtube
Mengikuti kelas Video Cerita Animasi AI | Source: Dok.Pri
Saat scrolling sosial media, terlintas video cerita animasi berjudul “Perjuangan dan Secercah harapan”. Saya yakin video animasi tersebut akan banyak digemari terutama anak-anakersebut yang terpikirkan adalah bagaimana caranya saya bisa buat video seperti itu. Saya yakin video animasi tersebut akan banyak digemari terutama anak-anak.
Melihat peluang dunia video animasi cerita yang terus berkembang pesat, saya merasa ini saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh. Dengan tekad untuk tidak hanya menjadi penonton dalam perubahan ini, saya memutuskan untuk mengikuti kelas video cerita animasi.
Kelas ini tidak hanya mengajarkan teknis pembuatan animasi dari nol, tetapi juga membuka wawasan saya tentang bagaimana sebuah ide sederhana bisa berkembang menjadi karya bernilai, bahkan menghasilkan penghasilan. Dari proses belajar tersebut, saya menyadari bahwa kreativitas yang dibarengi dengan kemauan untuk terus belajar bisa membuka jalan baru bukan hanya dalam berkarya, tapi juga dalam menciptakan peluang.
Untuk mengembangkan potensi diri dan membuka peluang baru
Mengikuti kelas AI Website Developer | Source: Dok.Pri
Sebenarnya ditengah kesibukan saya sebagai tukang edit foto dan desain grafis, saya juga seorang blogger. Dulu pernah punya mimpi jadi seorang web developer, tapi apa daya otak saya yang tidak sanggup menampung berbagai code-code pemrograman. Hingga akhirnya saya pun mengurungkan niat menjadi website developer.
Namun, lagi-lagi di tahun AI kali ini, harapan yang dulu mustahil terjadi kini menjadi angin segar yang bisa diwujudkan tanpa perlu bersusah payah. Ketika muncul iklan “Kelas Membuat Website dengan AI”, tanpa pikir panjang saya pun langsung mendaftarkan diri AI”, tanpa pikir panjang saya pun langsung mendaftarkan diri.
Alhamdulillah, sejak mengikuti kelas website dan mempromosikan lewat jejaring sosial, peluang mulai terbuka satu per satu. Awalnya, hanya sekadar iseng membagikan hasil belajar di media sosial, tapi ternyata responnya di luar dugaan, banyak yang antusias, memberi dukungan, bahkan merekomendasikan ke berbagai media sosial mereka.
Itulah cara saya mengembangkan potensi diri, bukan dengan melawan perkembangan teknologi, tapi justru memanfaatkannya sebagai alat untuk bertumbuh. AI, yang dulu sempat saya takuti akan menggantikan peran manusia, kini saya sadari bisa menjadi assistant untuk bekerja lebih efektif, kreatif, dan produktif.
Namun, untuk bisa maksimal dalam berkolaborasi dengan teknologi seperti AI, tentu dibutuhkan perangkat yang juga siap menghadapi tantangan zaman. Di sinilah ASUS Vivobook S14 hadir sebagai partner kerja yang bisa diandalkan.
Sebagai freelancer, laptop adalah ruang kerja, ruang belajar, dan ruang bertahan. Namun, berkembangnya teknologi AI, tentu memiliki perangkat kerja mumpuni bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Untuk mendukung kinerja kita di era teknologi AI, memilih laptop yang didukung penuh AI adalah langkah cerdas dan strategis. Bukan hanya soal kecepatan atau kapasitas penyimpanan, tetapi bagaimana laptop tersebut bisa menjadi assistant cerdas yang memahami kebutuhan kerja kita.
Salah satu perangkat yang layak dilirik oleh para profesional, pelajar, maupun kreator konten adalah ASUS Vivobook S14 Laptop AI 2025. Inilah alasan mengapa ASUS Vivobook S14 AI menjadi pilihan tepat untuk menunjang pekerjaan kita ritme produktivitas tinggi di era digital. Inilah alasan mengapa ASUS Vivobook S14 AI menjadi pilihan tepat untuk menunjang pekerjaan kita:
ASUS Vivobook S14 (S3407QA) jelas bukan laptop biasa. Dibekali prosesor Snapdragon® X Elite terbaru dan didukung Qualcomm Hexagon NPU hingga 45 TOPS, laptop ini memang dirancang untuk mendongkrak produktivitas di era AI.
Dengan tenaga cerdas dari AI Engine, segala aktivitas seperti desain, edit video, hingga menjalankan aplikasi berbasis AI tentu bisa dilakukan lebih cepat dan efisien. Ditambah dengan RAM 16GB LPDDR5X dan SSD 512GB, pengalaman kerja jadi lebih mulus tanpa hambatan, urusan multitasking pastinya jadi lancar jaya.
Punya spesifikasi layar 14 inci 2.5K (2560 x 1600) 120Hz, Vivobook S14 bukan cuma tajam tapi juga nyaman di mata. Rasio layar 16:10 memberi ruang kerja visual yang lebih luas dibanding layar laptop biasa, sangat ideal untuk desain, editing video, atau multitasking dengan banyak jendela.
Tak hanya itu, Vivobook S14 juga dilengkapi IPS-level Panel, LED Backlit, 60Hz refresh rate, 400nits, 100% sRGB color gamut, Anti-glare display, dan (Screen-to-body ratio)86% pastinya menambah kenyamanan saat bekerja di dunia kreatif digital. Visual yang realistis dan respons layar yang cepat, jadi kolaborator sempurna untuk ide-ide besar dan ekspresi tanpa batas.
Desain ASUS Vivobook S14 memang dirancang bagi orang yang memiliki mobilitas tinggi seperti saya. Dengan bobot hanya 1,35 kg, laptop ini terasa ringan banget di tangan, nyaris nggak terasa bawa laptop!
Dimensinya sangat pas, hanya 31.52 x 22.34 x 1.59 ~ 1.79 cm, cukup ramping untuk masuk ke dalam tas kerja, tote bag, bahkan tas selempang sekalipun.
Soal tampilan, ada pilihan warna Matte Gray dan Cool Silver yang memberi kesan elegan sekaligus profesional. Kedua warna ini tampil dengan nuansa modern yang tidak mencolok, tapi tetap standout di segala suasana, baik di ruang meeting, kafe, atau kelas.
ASUS Copilot+ PC, membuka era baru kolaborasi antara manusia dan teknologi. Inilah beberapa fitur-fitur canggih yang siap menggemparkan dunia perlaptopan di tahunaleng-kaleng. Teknologinya mampu menghadirkan pengalaman komputasi yang lebih cepat, cerdas, dan personal. Inilah beberapa fitur-fitur canggih yang siap menggemparkan dunia perlaptopan di tahun ini:
Assistent AI sebagai pendamping yang siap bantu meningkatkan produktifitas dan kreativitas. Dengan memberikan saran relevan dan bantuan instan, Copilot bisa mempermudah pekerjaan serta mendukung produktivitas kita setiap hari.
AI yang dirancang untuk mengatur foto dan video secara otomatis berdasarkan wajah, lokasi, dan waktu. Mempermudah pencarian aset visual untuk konten kreator dan editor. Pastinya Menghemat waktu dalam mengelola file multimedia.
AI yang dirancang agar anti bising, anti berisik. Mengurangi suara bising dari lingkungan saat video call atau rekaman. Dilengkapi teknologi deep learning agar hasil suara menjadi lebih jernih dan profesional. Cocok untuk rapat online, webinar, atau berbagai konten audio.
Fitur AI untuk memperbaiki kualitas tampilan kamera saat video call atau saat meeting. Bisa juga menambahkan efek blur latar belakang dan fokus otomatis pada wajah. Pastinya menjadikan tampil lebih profesional tanpa perlu perangkat tambahan.
AI yang bisa menerjemahkan dan menampilkan subtitle secara langsung saat memutar video/audio dalam berbagai bahasa. Bisa membantu memahami konten internasional tanpa aplikasi tambahan. Sangat cocok untuk pembelajaran, hiburan, dan kerja global.
Dengan seluruh fitur AI ini, ASUS Vivobook S14 bukan hanya sekadar laptop, tapi sobat kerja yang siap membantu dengan cerdas berbagai aktivitas kita. Sehingga kita lebih produktif, efisien, cerdas dalam bekerja.
ASUS Vivobook S14 dilengkapi dengan solusi konektivitas yang simpel tapi lengkap. Semua port penting sudah tersedia, mulai dari USB-A, USB-C, HDMI, hingga audio jack. Lebih produktif dan bisa langsung terhubung ke berbagai perangkat tanpa perlu membawa dongle tambahan atau adaptor yang merepotkan.
Tenang! urusan presentasi di kantor, transfer file cepat ke hard drive, atau sekadar colok earphone untuk nonton film, semuanya bisa dilakukan dengan lancar. Semua port ini dirancang agar mendukung mobilitas yang aktif, tanpa ribet, tanpa jeda. Dengan Vivobook S14, gaya hidup modern yang serba cepat jadi lebih praktis dan efisien. Tinggal colok, langsung konek!
Tampil tak hanya stylish dan elegan, tapi juga tangguh dan andal di segala situasi. Vivobook S14 ini telah lolos uji ketahanan berstandar military grade MIL-STD 810H, standar militer Amerika Serikat yang terkenal ketat. Artinya, laptop ini sudah diuji lewat berbagai kondisi ekstrem seperti getaran, suhu tinggi atau rendah, kelembapan, hingga benturan dan jatuh dari ketinggian tertentu.
Jadi, sebagai orang yang bekerja nomaden seperti saya, akhirnya bisa tenang tanpa khawatir laptop gampang rusak saat dibawa ke mana-mana. Apalagi punya mobilitas yang tinggi, tentu laptop ini menjadi pilihan yang cocok.
Selain kuat, desainnya tetap nyaman digunakan, dengan bodi ramping dan bobot ringan sangat ideal untuk bekerja, baik di kantor, rumah, atau perjalanan. Dengan Vivobook S14, keamanan perangkat dan kenyamanan penggunaan jadi prioritas utama, tanpa kompromi.
AI bukanlah hambat melainkan support system kita untuk tetap produktif dalam menggembangkan potensi diri. Bersama ASUS Vivobook S14 – Laptop AI 2025, saya belajar bahwa berkolaborasi dengan teknologi adalah cara terbaik untuk berkembang. ASUS Vivobook S14 bukan sekadar perangkat kerja biasa, tapi solusi cerdas untuk menjawab tantangan di era teknologi berbasis AI.
Dengan desain ringkas nan elegan, performa tangguh, fitur AI pintar, hingga konektivitas lengkap dan standar ketahanan military grade, laptop ini cocok untuk menemani saya dalam menggali potensi diri. ASUS menyediakan berapa pilihan sesuai dengan kebutuhanmu, temukan laptop AI pilihanmu disni!
Detail | Description |
---|---|
Model | S3407QA |
Color | Matte Gray Cool Silver |
Operating System | Windows 11 Home - ASUS recommends Windows 11 Pro for business |
Processor | Snapdragon® X X1 26 100 Processor (30MB Cache, up to 2.97GHz, 8 cores, 8 Threads); Qualcomm® Hexagon™ NPU up to 45TOPS |
Graphics | Qualcomm® Adreno™ GPU |
Neural Processor | Qualcomm® Hexagon™ NPU up to 45TOPS |
Display | 14.0-inch, 2.5K (2560 x 1600, WQXGA) 16:10 aspect ratio, IPS-level Panel, LED Backlit, 60Hz refresh rate, 400nits, 100% sRGB color gamut, Anti-glare display, (Screen-to-body ratio)86% |
Memory | 16GB LPDDR5X on board |
Storage | 512GB M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 SSD |
Expansion Slots (includes used) | 1x M.2 2280 PCIe 4.0x4 |
I/O Ports | 2x USB 3.2 Gen 1 Type-A 1x HDMI 2.1 TMDS 1x 3.5mm Combo Audio Jack |
Keyboard & Touchpad | Backlit Chiclet Keyboard, 1.7mm Key-travel, With Copilot key *Copilot in Windows (in preview) is rolling out gradually within the latest update to Windows 11 in select global markets. Timing of availability varies by device and market. |
Camera | FHD camera with IR function to support Windows Hello With privacy shutter |
Audio | SonicMaster Smart Amp Technology Built-in speaker Built-in array microphone |
Network and Communication | Wi-Fi 6E(802.11ax) (Triple band) 2*2 + Bluetooth® 5.3 Wireless Card (*Bluetooth® version may change with OS version different.) |
Battery | 70WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion |
Power Supply | TYPE-C, 65W AC Adapter, Output: 20V DC, 3.25A, 65W, Input: 100-240V AC 50/60GHz universal |
Weight | 1.35 kg (2.98 lbs) |
Dimensions (W x D x H) | 31.52 x 22.34 x 1.59 ~ 1.79 cm (12.41" x 8.80" x 0.63" ~ 0.70") |
Built-in Apps | StoryCube MyASUS ScreenXpert GlideX |
MyASUS Features | System diagnosis Battery health charging Fan Profile Splendid Function key lock WiFi SmartConnect TaskFirst Live update AI Noise Canceling |
Microsoft Office | Microsoft Office Home 2024 + Microsoft 365 Basic |
Military Grade | US MIL-STD 810H military-grade standard |
Ecolabels & Compliances | Energy star 8.0 RoHS REACH |
Security | BIOS Booting User Password Protection BIOS setup user password Trusted Platform Module (Firmware TPM) Microsoft Pluton security processor McAfee® IR webcam with Windows Hello support |
Sumber Referensi:
https://www.asus.com/id/laptops/for-home/vivobook/asus-vivobook-s14-s3407q/
Infografis/Gambar:
Diolah dari ASUS, Infografis: Adhi hermawan
Congratz, Om..
Gila ini artikelnya gokil sich.. 🔥
Thanks mas supportnya..
Semoga bermanfaat mas.. 🙏🏻