Sampah Rawajati, Quo Vadis?

Sampah Rawajati, Quo Vadis?

Sampah Rawajati, Quo Vadis ?

“Kampungnya begitu hijau. Pepohonan hadir disetiap tepi jalan. Rindang, sejuk dan segar udaranya. Sebuah oase ditengah gedung pencakar langit yang menjulang. Lingkungannya bersih dari sampah, bahkan sulit menemukan serakan sampah.

Lantas, kemana perginya sampah?

Selengkapnya

Mentari pagi keluar dari peraduannya, memberikan secercah harapan untuk jemuran yang tak kunjung kering. Memang sudah tiga hari kemarin hujan turun tanpa pamit, sehingga tak memberi celah bagi mentari untuk bersinar. Belakangan ini cuaca di Jakarta dan sekitarnya sering tidak menentu. Kerap kali terjadi pada siang hari terik matahari menyengat, namun sore harinya hujan turun cukup lebat. Nampaknya Iklim berubah sesuka hati, terlalu sulit untuk ditebak.

Di tengah persoalan perubahan iklim yang tidak menentu, ternyata ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan ini. Sangat memprihatinkan memang, melihat masyarakat yang masih saja membuang sampah sembarangan dan tidak peduli dengan lingkungan. Perubahan iklim yang terjadi sekarang ini tentu bukan persoalan biasa, ini menyangkut keberlangsungan hidup anak cucu generasi masa depan.

Perkembangan sampah di Indonesia  (Source: idntimes.com, kompas.com)
Bicara soal sampah tentu tidak akan ada selesainya. Setelah sampah dibuang tentu akan ada sampah yang baru, begitu seterusnya. Bahkan sampai dengan detik ini, sampah masih saja menjadi permasalahan berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dilansir dari portal berita bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengatakan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Tentunya ini sangat miris sekali melihat tingkat kepedulian masyarkat yang sangat rendah terhadap lingkungan.

Menilik Masyarakat Peduli Lingkungan

Seketika terlihat bebeda dengan kampung yang satu ini. Masyarakatnya terlatih untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Slogan “buanglah sampah pada tempatnya” kini bukan hanya sebatas himbauan, tetapi sudah melekat dalam jiwa di setiap masyarakatnya. Kampungnya bersih dari sampah, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Bisa dibilang sangat sulit menemukan ceceran sampah ketika berada di wilayah ini. Hal inilah yang menggelitik hati saya untuk berkunjung ke Kampung Berseri Astra (KBA) Rawajati RW 03 Kelurahan Rawajati, Kecamatan pancoran, Jakarta Selatan.
KBA Rawajati Jl. Zeni AD IV RT 005 RW 03 Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan (Foto: dokpri)
Di pagi yang cerah dengan mengendarai kuda besi, saya berniat menyempatkan diri untuk menengok kampung hijau yang digadang-gadang menjadi oase ditengah padatnya gedung pencakar langit di Jakarta. Sebelumnya saya sudah menghubungi Ibu Sylvia Ermita selaku Ketua Pengurus dari Kampung Berseri Astra Rawajati untuk berkunjung ke lokasi. Ternyata hanya tigapuluh menit dari rumah menuju lokasi jika dilihat dari peta melalui smartphone.

Sesampainya di perkampungan saya pun menyusuri jalan yang setiap ruasnya ditanami pohon-pohon. Saya semakin yakin bahwa ini pasti jalan menuju kampung hijau itu. Dalam hati saya berbisik, ternyata masih ada kampung hijau ditengah padatnya pemukiman tak bercelah di Jakarta. Sambil menikmati suasana yang sejuk, segar, rindang dan penuh dengan pepohonan, tak terasa saya sudah ada di depan gerbang KBA Rawajati. Nampak juga seorang Ibu yang sedang menyapu dedaunan kering.

“Permisi Bu, saya mau bertemu dengan Ibu Sylvia Ermita, apakah sudah datang?” Tanya saya kepada seorang Ibu yang sedang menyapu jalanan tadi. “Sudah mas, silahkan masuk kedalam” Jawab Ibu tersebut diiringi senyum dan mempersilahkan saya masuk. Dengan mendekap sapu ditangannya, Ibu yang kerap dipanggil “Bu Ida” itu mengantarkan saya menuju posko bank sampah untuk menemui Ibu Sylvia.

Lokasi Bank Sampah Percontohan Rawajati (dok. pribadi)
Lima langkah dari pintu masuk tampak mesin pengurai kompos beserta gunungan sampah organik tepat berada disebelah kiri saya, sedangkan disebelah kanan saya terdapat ruang terbuka dengan atap tertutup yang berisi berbagai macam jenis tanaman obat dan sayur-mayur. Sepuluh langkah kedepan saya melihat mesin pencacah sampah anorganik diiringi sampah botol yang tersusun rapi. Hingga tujuh langkah kaki menapak, akhirnya saya bertemu dengan Ibu Sylvia.

“Mas Adhi ya? kok pagi-pagi banget mas” Sapa Bu Sylvia. Mumpung tidak hujan, sengaja saya menyempatkan diri untuk berkunjung di pagi hari, saya berharap bisa melihat aktivitas yang dilakukan masyarakat di sekitar kampung. Tidak lama kemudian Bu Sylvia memberikan brosur hijau yang berisi sejarah singkat Bank Sampah Rawajati berserta proses pengolahan yang dilakukan. Nampaknya Bu Sylvia mengerti maksud kedatangan saya untuk mengulas lebih banyak tentang keberadaan Kampung Berseri Astra Rawajati ini.

Saya pun melanjutkan sebuah pertanyaan singkat, “Bagaimana sih Bu, awal terbentuknya KBA Rawajati ini?”. Ibu Sylvia menjelaskan, sebelum terbentuknya KBA Rawajati muncul gagasan dari seorang warga yang ingin kampung di Rawajati ini memiliki ikon tersendiri. Dari ikon inilah yang nantinya menjadi ciri khas atau daya tarik masyarakat pada umumnya untuk berkunjung. Diinisiasi ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan warga sekitar, terbentuklah gerakan cinta lingkungan dengan memilah sampah organik dan anorganik. “Sampah organiknya kita jadikan kompos tanaman, dulu ada warga yang punya komposer dan sampah anorganiknya kita jual ke pemulung” jelas Bu Sylvia.

Gerakan Cinta Lingkungan melahirkan Bank Sampah Percontohan

Bank Sampah Percontohan Rawajati (dok. pribadi)
Kegiatan peduli lingkungan di lingkungan RW 03 Rawajati nampaknya tak hanya sekedar lintas semangat, bahkan sampai dengan saat ini gerakan cinta lingkungan masih terus dilakukan. Bisa dibilang tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah tidak perlu lagi diragukan. Aksi nyata untuk memilah sampah organik yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos ternyata sudah dilakukan sejak tahun 2002. Namun kendala tentu ada, sampah organik telah menemukan alur prosesnya menjadi pupuk kompos, lantas bagaimana dengan sampah anorganik?

Permasalahan sampah anorganik sempat menjadi wacana ibu-ibu PKK, namun saat itu belum sempat terfikirkan tentang bank sampah, kendala saat itu karena memang tempatnya yang tidak ada. Pada tahun 2008, melihat perkembangan bank sampah yang mulai banyak dilakukan oleh beberapa wilayah, akhirnya ibu-ibu PKK berinisiasi untuk mencarikan tempat dan mulai menerapkan bank sampah di wilayah RW 03 Rawajati.

Pada tahun 2010 diresmikanlah Bank Sampah Rawajati oleh camat Pancoran, kemudian disusul pada Januari 2011 diresmikan kembali Bank Sampah Percontohan Rawajati oleh Ibu Sri Hartati -Istri dari gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012, Fauzi Bowo- lantaran keberadaan Bank Sampah Rawajati menjadi pelopor di Jakarta dan diharapkan mampu menjadi penggerak bank sampah di wilayah lainnya.

Bank Sampah dan Kemana Perginya Sampah

Tong Sampah disetiap sudut Kampung Berseri Astra Rawajati (dok. pribadi)
Bank Sampah Percontohan Rawajati merupakan bank sampah tertua yang ada di Jakarta. Keberadaanya setidaknya telah meminimalisir tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir yang berada disetiap sudut kota. Mungkin bisa kita bayangkan, berapa banyak lagi tumpukan sampah yang akan terus tertumpuk jika tidak ada pengolahan sampah. Slogan “Reduce, Reuse, Recyle” dari papan yang digantung, menjadi langkah yang harus dilakukan pengurus Bank Sampah Rawajati untuk terus berbuat dan menciptakan lingkungan yang bersih dan asri.

Kemana perginya sampah? pastinya jawabaan atas pertanyaan itu ada pada Bank Sampah Percontohan Rawajati. Sejatinya sampah organik, maupun anorganik semua bisa diminimalisir dengan langkah dan aksi peduli lingkungan yang tak luput dari dukungan warga sekitar. Melalui gerakan peduli lingkungan yang diinisiasi oleh ibu-ibu PKK, terbentuklah aktivitas seperti mengubah sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang plastik menjadi lebih bernilai dan menyulap koran menjadi kerajinan menarik.

Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos

Pengolahan sampah organik menjadi kompos (dok. pribadi)
Setelah ngobrol panjang lebar di posko bank sampah, Bu Sylvia mengajak saya keluar untuk melihat lingkungan Bank Sampah Percontohan Rawajati ini. Langkah kami menuju ke lokasi pembuatan pupuk kompos yang digunakan untuk mengolah sampah organik. Kalau sebelumnya sampah organik dibuang ke dalam tong sampah dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Lain halnya dengan sekarang, setelah adanya bank sampah dengan didukung mesin pencacah kompos, sampah-sampah daun atau organik bisa diproses di area bank sampah ini.

“Biasanya setiap hari petugas kebersihan (PPSU) setor sampah daun-daun kering yang ada ditaman situ, kalau warga sih biasanya hari libur, sabtu atau minggu” Jelas Bu Sylvia. Gerakan peduli lingkungan dari memilah sampah organik yang dijadikan kompos ternyata menjadi sorotan Sudin Kebersihan Jaksel dan kemudian memberikan bantuan mesin pencacah kompos seperti yang ada diarea pengolahan kompos. “Mesin pencacah ini juga sumbangan dari Sudin Kebersihan Jakarta Selatan” Ujar Bu Sylvia.

Mengaduk sampah organik yang siap menjadi kompos (dok. pribadi)
Melihat Bu Sylvia yang sedang menyirami gunungan sampah organik, saya pun mencoba untuk mengolah sampah organik dengan menggunakan sekop yang ada disekitar pengolahan. Dengan tenaga yang kuat, saya pun mulai membolak-balikkan sampah tersebut layaknya mengaduk adonan kue. Seketika terdengar bunyi ledukan dari dalam sampah, saya pun kaget terkejut. “Nah itu mas, sampah organik ini di dalamnya mengandung gas metana”, Jelas Bu Sylvia.

Dari informasi yang saya dapatkan gas metana itu jauh lebih bahaya dari pada karbondioksida terhadap lapisan ozon. Jadi kalian bisa bayangkan berapa banyak gas metana yang dihasilkan oleh tumpukan sampah yang ada di TPA, pastinya ini berdampak juga terhadap perubahan iklim yang sekarang kita alami. Tentunya Bank Sampah Percontohan Rawajati sudah berkontribusi mengurangi tumpukan sampah di TPA dengan mengurai sampai organik menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai pupuk.

Mendaur Ulang Sampah Anorganik Menjadi Bernilai  

Petugas Bank Sampah menimbang sampah dari nasabah (dok. pribadi)
Ketika asyik mengaduk sampah organik, tampak seorang warga membawa karung putih masuk dan menuju arah kami. “Assalamualaikaum, mau nabung sampah Bu” Sapa Ibu berkerudung yang ternyata karungnya berisi botol plastik bekas minuman. Langsung Pak Kosim selaku pengurus Bank Sampah menghampiri Ibu tersebut. Ditimbanglah karung yang berisi botol plastik itu dengan timbangan gantung yang sudah disediakan. “Totalnya empat kilo setengah Bu” Jawab Pak Kosim sambil mencatat jumlah tersebut pada papan yang berisi laporan penerimaan sampah dari nasabah.

Setelah Bank Sampah Rawajati diresmikan, semakin hari kian banyak warga yang berbondong-bondong membawa sampahnya untuk ditabung. Jumlah nasabah bank sampah sampai dengan saat ini sekitar 770-an orang dari 7 RW di Rawajati, pastinya yang telah tercatat dan menyetorkan sampah anorganik. Untuk gelas air mineral bersih dihargai Rp 50 per botol atau Rp 3.000 per kilogram (kg), kardus dihargai Rp 1.100 per kg, koran Rp 1.200 per kg dan barang-barang lainnya sesuai dengan harga yang telah ditentukan.

Pak Kosim yang sibuk merapihkan sampah anorganik (dok. pribadi)
Melihat lihat lingkungan sekitar, saya pun menanyakan mesin besar yang berada dibelakang Pak Kosim. “Nah, kalau itu mesin pencacah sampah anorganik, itu juga sumbangan dari Astra, Mas” Jawab Bu Sylvia. Peranan Astra untuk pengolahan sampah di Bank Sampah Rawajati ini, ternyata agar tidak hanya sebatas pengolahan sampah organik, tetapi dengan adanya mesin pencacah plastik tersebut bisa digunakan untuk penguraian sampah plastik agar lebih memiliki nilai jual dan dapat dengan mudah didaur ulang kembali.
Bersama Pak Kosim memilah sampah anorganik (dok. pribadi)
Saya pun mulai menghampiri Pak Kosim yang sedang memilah sampah. Nampaknya saya mulai tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sampah. Saya pun menanyakan kepada Pak Kosim, alasan kenapa sampah plastiknya harus di pilah-pilah, antara yang botol dengan yang gelas, antara yang berwarna dengan yang transparan, padahalkan sama-sama plastik. “Harus dipisah-pisah Mas, soalnya jenis plastiknya beda-beda, kalau yang gelas kemasan harganya lebih mahal dari yang berwarna”Jawab Pak Kosim.

Walaupun usianya tidak muda lagi, namun semangatnya melayani setiap nasabah yang datang perlu diacungi jempol. Rasa kepeduliannya terhadap lingkungan tercermin dari pekerjaanya yang tidak terlepas dari sampah. Mulai dari memilah sampah, menghitung timbangan sampah dari setiap nasabah, mencacah sampah agar bisa didaur ulang hingga merapihkan plastik menjadi susunan yang tertumpuk rapi.

Ternyata sampah anorganik atau plastik bekas kemasan yang selama ini sering kita abaikan, jika dikumpulkan atau ditabung melalui bank sampah, hasilnya lumayan juga. Bahkan ada dari nasabah yang jumlah tabungannya mencapai angka dua juta rupiah. Angka ini tentu sangat fantastis melihat sampah yang tidak berarti sama sekali, berubah bernilai ketika kita peduli terhadap lingkungan. Sampah pun bisa berubah menjadi berkah.

Menyulap Koran Bekas menjadi Kerajinan Menarik

Koran Bekas jadi Kerajinan menarik (dok. pribadi)
Setelah hampir berjam-jam saya memilah sampah bersama Pak Kosim, saya pun kembali ke dalam posko bank sampah. Disana saya melihat Bu Sylvia sedang asyik menyusun bulatan kertas yang terbuat dari koran bekas. Sesekali Bu Sylvia memotong kertas lalu menyambungnya dengan perekat kertas dengan kuatnya. Ternyata Bu Sylvia tidak sendiri, beliau ditemani oleh Bu Ida yang aktif dibidang kreativitas. Saya pun masuk kedalam dan melihat-lihat proses pembuatan karya unik yang hasilnya terpampang di etalase.

Tak lama kemudian saya ditantang oleh Bu Ida untuk membuat kerajinan dari koran bekas. Kelihatanya sih sangat mudah, tetapi setelah saya mencobanya ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak gulungan kertas yang saya lakukan lebih pendek dari biasanya, bahkan ada gulungannya yang kurang rapat. Kemudian Bu Ida yang merupakan anggota dari perkumpulan ibu-ibu PKK, mulai mengajari saya teknik menggulung koran yang nantinya sebagai bahan pembuatan mangkok, alas minum, tempat pensil ataupun nampan yang semuanya itu terbuat dari bahan koran bekas.

Bersama Bu Ida dan Bu Sylvia membuat kerajinan dari koran bekas (dok. pribadi)
Sekilas memang hasilnya terlihat seperti kerajinan yang terbuat dari kayu, tapi siapa sangka bahwa kerajinan ini ternyata berasal dari koran bekas. Tampilannya tidak hanya seperti kayu, bahkan kerasnya kerajinan ini jika dipegang tentu kita semua akan beranggapan bahwa ini adalah kayu. Ternyata ada teknik khusus yang digunakan agar bahan yang gampang melekuk ini bisa keras dan awet seperti kayu. Mulai dari proses penggulungan hingga membuat lingkaran dari koran ini semua harus dilakukan dengan rapat dan tanpa celah, baru kemudian hasil akhirnya di lapisi dengan cairan lem dan kemudian ditimpa dengan cat pernis yang biasa digunakan pada kayu.

Kerajinan ini juga kerap diikutkan dalam pameran diberbagai tempat, bahkan stan KBA Rawajati yang paling dipadati lantaran hasil kerajinannya yang unik dan menarik. Hasilnya penjualannya pun lumayan laku keras, sehingga pendapatannya bisa digunakan kembali untuk biaya operasional.

Berbagai kerajinan unik yang terbuat dari koran bekas dan kemasan (dok. pribadi)
Perlu kita ketahui juga ternyata kerajinan yang terpampang dibalik kaca etalase tidak hanya terbuat dari koran bekas saja, melainkan dari bungkus pewangi yang bisa dijadikan hiasan bunga, bungkus kopi yang disulap menjadi tas atau tempat tisu. Ada juga kerajinan yang menarik perhatian saya yang berbentuk rumah panggung miniatur dan masjid, selidik punya selidik ternyata terbuat dari kertas HVS. Tentu ini menjadi karya menarik yang ternyata dapat dijual dengan harga yang relatif sesuai dengan proses pengerjaanya yang sulit dan memakan waktu lama.

Memupuk Generasi Peduli Lingkungan melalui PAUD Bunga Jati

Gedung PAUD Bunga Jati yang dipersembahkan Astra (dok. pribadi)
Keluar dari pintu masuk bank sampah, terdapat gedung fasilitas terpadu masyarakat yang selain digunakan untuk PAUD Bunga Jati juga dimanfaatkan sebagai Posyandu dan perkumpulan ibu-ibu PKK. Harapnya dengan adanya gedung ditengah perkampungan hijau, selain sebagai sarana belajar juga untuk memupuk dan mengenalkan pada anak gerakan peduli lingkungan sejak dini.

Gedung ini juga merupakan persembahan dari Astra dalam salah satu pilarnya yaitu pendidikan. Tujuannya tentu untuk mensejahterakan masyarakat dengan membangun fasilitas dan sarana pendidikan. “Peran Astra tidak hanya menyumbang mesin pencacah sampah anorganik saja Mas, tetapi juga membangun gedung ini” kata Bu Sylvia sambil menunjuk gedung yang bercorak adat betawi.

Fasilitas bermain di depan gedung terpadu (dok. pribadi)
“Gedung ini setiap harinya digunakan untuk PAUD dari senin sampai jumat, kadang kalau sabtu juga suka ada agenda. Selain buat saranan pendidikan kadang juga sarana kesehatan seperti posyandu, pemeriksaan kesehatan gratis dan lain lain” Kata Bu Sylvia. Gedung ini juga dilengkapi dengan fasilitas bermain, tampak beberapa anak sedang asik bermain di depan gedung.

Dibalik Penghargaan dan Peranan Astra

Penghargaan Bank Sampah Terbaik se-DKI (dok. KBA Rawajati)
Ada hal yang sangat menggembirakan pastinya, ketika Bu Sylvia menunjukkan foto bersama gubernur DKI Jakarta Periode 2017- 2022, Anies Rasyid Baswedan pada acara penganugerahan Bank Sampah Terbaik se-DKI Jakarta. Tentunya ini menjadi sebuah apresiasi yang patut diberikan atas jeripayah pengurus bank sampah beserta warga RW 03 Rawajati yang selama ini turut serta berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan hijau.
Dinobatkan Sebagai Kampung Proklim Utama (dok. KBA Rawajati)
Dan yang tak kalah terharunya, ketika Kampung Berseri Astra Rawajati RW 03 Kelurahan Rawajati, Kota Jakarta Selatan dinobatkan sebagai katagori Program Kampung Iklim (ProKlim) Utama. Sebuah program yang dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Jadi patut berbangga dengan pencapaian yang ditorehkan oleh KBA Rawajati atas prestasinya.

Apresiasi ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan warga yang tidak sia-sia menggaungkan gerakan cinta lingkungan. Kegembiraan warga tentunya menularkan energi positif bagi diri saya untuk selalu peduli terhadap lingkungan kapan pun dan dimana pun saya berada. Saya sungguh bangga dengan kegigihan ibu-ibu PKK yang selalu memberikan ide, pengurus KBA Rawajati yang setia selalu melayani masyarakat dan semangat warga yang tak pernah padam untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah.

Pencapaian ini tentu tidak terlepas dari peranan PT. Astra International Tbk yang terus memberikan kontibusi berkelanjutan dalam empat pilarnya yang mencakup pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan sebagai pondasi dalam program CSR-nya. Dengan ini tentunya Astra akan lebih fokus lagi pada pembinaan Kampung Berseri Astra lainya, Untuk Indonesia Hijau.

“Astra tentunya telah berperan banyak terhadap KBA Rawajati, Mas. Mulai dari sumbangan mesin pencacah, pembangunan gedung serbaguna, pelatihan kerajinan dari barang bekas, pelayanan kesehatan seperti posyandu dan pemeriksaan kesehatan gratis, sampai yang terakhir yaitu mengganti atas ruang taman yang sebelumnya sudah mulai bocor” Ujar Bu Sylvia.

Harapanya semua bisa terinspirasi dengan adanya Kampung Berseri Astra Rawajati untuk menciptakan lingkungan hijau dan bersih dari sampah. Dan semoga Astra selalu menjadi panutan dalam membangun Negeri.

Semangat Indonesia, Lingkungan Hijau Bebas Sampah…

Keterbatasan, Takkan Patahkan Pensil Lukis

Keterbatasan, Takkan Patahkan Pensil Lukis

Keterbatasan, Takkan Pernah Patahkan Pensil Lukis

Goresan pensil dengan tegas menoreh jejak di selembar kertas. Membentuk pola, mengarsirnya, sesekali dia menghapusnya. Tatapan matanya yang tajam seolah-olah tidak terlepas dari coretan pensilnya yang sedang asyik bergoyang. Berkali-kali iya cocokkan kembali dengan gambar asli dari smartphone yang ia pegang. Senyumnya yang tipis terkadang mengartikan kebanggaan tersendiri dari hasil karya yang ia buat. 

Bagi sebagian orang, keterbatasan adalah hambatan untuk berkarya menggapai mimipi, namun tidak dengan sesosok pemuda paruh baya ini. Priyo Siswoyo atau biasa disapa Mas Priyo adalah pemuda difabel yang berusaha keras mewujudkan mimipinya dengan sebatang pensil. Keterbatasan fisik yang ia alami mampu melawan rasa keputusasaan hidup dengan kreativitas dan motivasi. Dari hobinya yang suka menggambar sejak sekolah dulu,  ia wujudkan dengan menjadi seniman lukis.

Semua berawal dari kejadian pahit yang menimpa dirinya pada usia 24 tahun. Pria yang berasal dari Wonogiri ini, harus rela kehilangan separuh fungsi organ tubuhnya akibat kecelakaan kerja.  Kejadian yang terjadi pada tahun 2000 itu membuat ia harus dirawat di tiga rumah sakit yang berbeda. Hingga pada akhirnya ia ditetapkan menderita paraplegia yaitu hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian bawah.

Setelah kembalinya ke kampung halaman, ia merasa dirinya terisolasi dengan keadaan karena tidak ada teman yang senasib dengan dirinya. Hal ini juga membuat pria yang memiliki hobi bermain bulu tangkis ini sempat jatuh harapan dan putus asa. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dengan yayasan para penyandang disabilitas Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso, Solo. Selama setahun lamanya ia berusaha untuk belajar dan mendalami berbagai keahlian seperti kerajinan tangan, olahraga dan lain sebagainya.

Berbekal keterampilan yang telah diajarkan, ia kembali lagi pulang ke rumah. Namun kondisi lingkungan tidak membuatnya semakin membaik. Ia kembali pergi untuk hijrah ke Jakarta dan tinggal di sebuah Yayasan Budi Bakti Bina Daksa yang berlokasi di jl. Pondok bambu, Jakarta. Disana ia merasa nyaman karena memiliki banyak teman yang senasib dengannya. Tidak hanya itu berbagai fasilitas yang tersedia juga sangat mendukung untuk mengasah eksistensinya. “Lebih nyaman disini mas” begitulah tuturnya sambil menyeruput kopi hitam bersama saya di sekitaran asramanya. 

Pensil Lukis Jadi Teman Baiknya

Setiap pagi disaat kita masih terlelap dalam tidur, ia bangun dan mempergunakan waktunya untuk melukis dengan pensil ajaibnya. Sebatang pensil yang mampu menyulap kertas kosong menjadi sebuah lukisan yang sangat indah dan mempesona. “Biasa mas tiap pagi saya ngelukis dulu sebelum beraktifitas, abis orderan lumayan banyak sih” begitulah ujarnya.

Wow! saya semakin kagum dengan sesosok inspirator seperti mas priyo, membuat mata hati saya semakin terbuka dan mulai dalam hati mengintropeksi diri. Saya yang memiliki fisik lengkap dan sempurna terkadang masih suka mengeluh dengan keadaan, masih suka bermalas-malasan, dan tak peduli dengan lingkungan sekitar, sementara mas priyo yang dengan keterbatasan masih saja sempat-sempatnya memberikan secercah senyuman dengan karya yang ia berikan.

Karyanya ternyata tidak semata-mata merupakan pelarian kesedihan, tetapi lebih memberikan arti kebahagiaan bagi setiap orang yang pernah menggunakan jasanya. Sebuah karya yang tidak hanya indah di pandang tapi juga mengalir derasnya semangat dan motivasi hidup dari seorang yang memiliki keterbatasan fisik. Namun baginya keterbatasan bukanlah hambatan untuk terus berkarya.

Kini karya lukisnya terus membuat dirinya semakin positif dan energik dalam menghadapi kenyataan hidup. Raut wajahnya tak pernah menunjukan kegelisahan dan kesedihan, yang ada hanyalah senyuman penuh kebahagiaan. Baginya ini semua adalah sebuah anugrah yang Sang Pencipta telah berikan. Rasa syukur terus ia panjatkan seiring waktu dengan menjalankan segala ketetapan yang Allah hadirkan. Kini pensil lukis menjadi teman baiknya di setiap waktu dan di setiap hari.

Dari Pensil Lukis Wujudkan Mimpinya

Pertemuan pertama kali dengan seseorang yang hanya saya kenal lewat watermark karyanya ternyata menyisakan semangat yang menggebu-gebu bagi diri saya. Tak sedikit pun rasa menyesal singgah di hati, ketika hujan mulai menghalangi perjalanan saya. Terbiasa dengan cerita orang yang membosankan, namun kali ini tidak dengan wejangan mas priyo. Semua seakan anugrah bagi saya bisa bertemu dengan sesosok panutan yang memiliki semangat yang begitu besar.

“Mari mas ke kamar saya, nanti saya tunjukkan beberapa karya dan sedikit penghargaan saya.” begitulah santun tutur katanya sambil menuntun saya menuju kamar tempat tidurnya. Dibawalah saya ke dalam sebuah ruangan yang terdiri dari lima tempat tidur dengan lemari kayu yang menjadi tempat pakaian sekaligus sekat tempat tidurnya. Suasana ruangan benar-benar seperti di asrama, saling berbagi tempat, teringat dulu masa-masa di karantina.

Dari jauh saya melihat lukisan yang saya tahu itu adalah lukisan mas priyo, sedikit menebak kalau itu adalah kamarnya dan ternyata benar. Ditunjukkannya meja lukis yang baru ia modifikasi dengan tambahan besi segitiga agar lebih nyaman dalam melukis, beberapa hasil karyanya dari yang setengah jadi hingga yang telah menjadi satu kesatuan diperlihatkannya satu persatu. Sesekali saya numpang narsis bersama hasil karyanya yang menakjubkan seperti sungguhan.

Tidak hanya itu saja yang membuat saya merasa bangga bisa mengenal Mas Priyo. Jari telunjuknya mengarah kesebuah benda yang mengisyaratkan kalau saya harus melihat benda yang satu itu. Ya, itu adalah beberapa deretan penghargaan yang diberikan kepada Mas Priyo. Dalam hati saya hanya bisa bergumam “hebat luar biasa”, memang keterbatasan fisik memanglah bukan suatu hambatan untuk Mas Priyo mencetak prestasi. Disisi lain yang saya kenal sebagai pelukis ternyata banyak hal yang ia bisa lakukan. Bahkan tak jarang ia menorehkan prestasinya dari berbagai kejuaraan tingkat nasional.

Prestasi terakhirnya mungkin bisa dibilang yang paling membanggakan, karena Mas Priyo menjadi salah satu bagian dari olahragawan yang berlaga pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun lalu. Dan lagi-lagi ia mampu menyabet medali perunggu pada atlit cabang bowling. Tentu tidak hanya melukis yang bisa dilakukan dalam keterbatasan, tetapi banyak hal yang telah dibuktikannya. Sungguh prestasi yang luar biasa dan mampu menginspirasi banyak orang.

Dibalik Pensil Lukis Tersimpan Inspirasi

Kesuksesan yang telah hadir di depan mata tentu bukan semata-mata tanpa dukungan dan dorongan untuk berubah menjadi lebih baik. Sesosok Mas Priyo tentu memiliki keluarga dan para sahabatnya yang selalu mendukungnya di setiap waktu. Lingkungan yang mendukung segala bentuk aktivitasnya juga merupakan salah satu terbentuknya bakat yang ia tuai selama ini.

Dengan semangat yang terus membara didukung dengan pengarahan dari Yayasan Bina Bakti yang telah menjadi bagian dari binaan Astra juga merupakan salah satu bentuk dukungan positif terhadap para difabel. Jiwa seni yang terbentuk juga merupakan penyuluhan dari binaan Astra Disability Connection Program (ADCP) yang selama ini telah menuntunya dalam berbagai pelatihan melukis. Tentu hal ini menjadi pintu terbukanya bakat penerusnya dalam berkarya pada bidang seni lukis yang selama ini menjadi kelebihannya.

“Saya bisa melukis juga karena bimbingan dari binaan Astra yang selama ini memberikan berbagai pelatihan melukis seperti ini” begitulah ujarnya. Menjadi hal yang bermanfaat saat dirinya termasuk salah satu difabel yang mengikuti ADCP, dia diberikan pelatihan basic mentality, sertifikasi, pembinaan seni, bantuan sarana usaha serta pemasaran hasil produk.

Bahkan Mas Priyo mengaku ingin sekali menemui pak Presiden dan menyerahkan karya lukis berwajah Pak Jokowi bersama istrinya jika ada kesempatan. Sejak lama menantikan hal ini hingga akhirnya melalui kegiatan Pameran Kerajinan Nusantara Kriyanusa 2017 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, akhirnya Mas Priyo di pertemukan dengan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo.

Wajahnya terlihat sumringah karena bukan hanya bisa bertatap muka langsung, dirinya gembira karena dapat menyerahkan hasil karyanya langsung kepada sang Presiden. Mimpi pun menjadi kenyataan, Mas Priyo yang telah mengikuti program ADCP selama tiga tahun semakin mahir melukis, lukisannya pun semakin nyata dan memiliki nilai jual cukup tinggi. Tidak heran, jika sketsa wajah Pak Jokowi sangat mirip dengan aslinya.

Dengan ini tentunya Astra akan lebih fokus lagi pada pembinaan UKM termasuk dalam pilar Astra Untuk Indonesia Kreatif, CSR Astra. Sejak digagas tahun 1980, Astra telah membina lebih dari 10.000 UMKM dengan jumlah masyarakat penerima program sebanyak 97.641, juga kegiatan ADCP yang telah membina empat panti dan 267 penerima program di DKI Jakarta,

Sehingga, sejalan dengan visi Astra, yang diharapkannya dapat meningkatkan kualitas dan mampu menjadi media pembelajaran bagi pelaku industri kerajinan, baik dari bidang kreativitas, teknologi dan manajemen, khususnya bagi Indonesia.

Harapanya semua bisa terinspirasi dengan adanya cerita pengalaman dari perjalanan inspirasi seperti Mas Priyo ini. Dan semoga Astra selalu menjadi panutan dalam membangun Negeri.

Always Pray and Tetap Semangat!….

Let’s Share to Your Friend !

Lomba Foto dan Menulis Pewarta Astra 2017

Lomba Foto dan Menulis Pewarta Astra 2017

Ambil Kesempatan ini dan Menangkan Hadiahnya !

Pemenang

Anugerah Pewarta Astra 2016

Ayo Jadikan Referensi Artikelmu untuk Mengikuti Kesempatan Emas dan Meraih Hadiahnya.

Sumber Foto : Dunialingga.com

Juara 1

KANG MASROER

Mengembangkan Payung di Tengah Badai Oleh Masruro

Blog http://www.kangmasroer.com/

Juara 2

MAS YOYO WIJIANTO

Mengembangkan Payung di Tengah Badai Oleh Yoyo Wijiyanto

Blog http://www.gangsarmedia.com/

Juara 3

TEH LINGGA PERMESTI

Ratu Sampah dari Semper Barat, Mengelola Sampah Jadi Berkah Oleh Lingga Permesti

Blog http://www.dunialingga.com/

Juara Harapan 1

Eka Fikriyah

Bos Master Yang Jadi Master Oleh Eka Fikriyah

Blog http://ekafikry.blogspot.co.id

Juara Harapan 2

M Khoirul Anwar Kh

Melacak jejak Astra Oleh M Khoirul Anwar Kh

Blog http://khoirul-anwar23.blogspot.co.id

Juara Favorit

Favorit #1
Batik Gedangsari, Warisan Budaya Besutan Astra Oleh Retno Septyorini
Blog http://septyorini.blogspot.co.id
Favorit #2
Produk Astra Telah Menjadi Duta Kualitas Produk Indonesia di Timur Tengah Oleh Amama Sei
Blog http://roda2blog.com
Favorit #3
Program Astra Adopsi Pohon Gaharu, Antara Mengusir Gendruwo dan Memanen Emas Oleh Hazmi Fitriyasa
Blog http://www.hazmisrondol.com
Favorit #4
Kampung Berseri Astra, Inspirasi 60 Tahun Astra Berbakti Untuk Negeri Oleh Titik Alfa Alfi Kh
Blog https://titialfakhairia.com
Favorit #5
Sensasi Menanam Gaharu Bersama Astra di Bukit Kasur Cianjur Oleh Choirul Huda
Blog http://www.roelly87.com

Favorit #6
Dibalik kisah perjalanan bocah peduli lingkungan
Oleh Adhi Hermawan
Blog http://www.artadhitive.com/

Favorit #7
KETANGGUHAN HONDA MEMBEBASKAN PEREMPUAN LUMPUR GAMBUT Oleh Hadi Siswoyo
Blog https://cuamarta.wordpress.com
Favorit #8
Kehadiranmu, Mewarnaiku.. Oleh Akhmaneli Irvan
Blog http://akhmaneli.blogspot.co.id
Favorit #9
Pesan Hijau dari Puncak Bukit Batu Kasur Oleh Ira Guslina Sufa
Blog http://www.duniabiza.com
Favorit #10
Inspirasi 60 Tahun Astra: Secercah Harapan Untuk Anak Negeri Oleh Indah Nurbaeti
Blog https://indahnurbaeti.wordpress.com

Ku Tunggu Juara Mu Kawan

Kompetisi bukan soal menang atau kalah, yang terpenting adalah kita sadar dengan kemampuan kita dan akan terus melatihnya untuk menjadi manusia yang unggul