
Sampah Rawajati, Quo Vadis?
Sampah Rawajati, Quo Vadis ?
Lantas, kemana perginya sampah?
Mentari pagi keluar dari peraduannya, memberikan secercah harapan untuk jemuran yang tak kunjung kering. Memang sudah tiga hari kemarin hujan turun tanpa pamit, sehingga tak memberi celah bagi mentari untuk bersinar. Belakangan ini cuaca di Jakarta dan sekitarnya sering tidak menentu. Kerap kali terjadi pada siang hari terik matahari menyengat, namun sore harinya hujan turun cukup lebat. Nampaknya Iklim berubah sesuka hati, terlalu sulit untuk ditebak.
Di tengah persoalan perubahan iklim yang tidak menentu, ternyata ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan ini. Sangat memprihatinkan memang, melihat masyarakat yang masih saja membuang sampah sembarangan dan tidak peduli dengan lingkungan. Perubahan iklim yang terjadi sekarang ini tentu bukan persoalan biasa, ini menyangkut keberlangsungan hidup anak cucu generasi masa depan.

Menilik Masyarakat Peduli Lingkungan

Sesampainya di perkampungan saya pun menyusuri jalan yang setiap ruasnya ditanami pohon-pohon. Saya semakin yakin bahwa ini pasti jalan menuju kampung hijau itu. Dalam hati saya berbisik, ternyata masih ada kampung hijau ditengah padatnya pemukiman tak bercelah di Jakarta. Sambil menikmati suasana yang sejuk, segar, rindang dan penuh dengan pepohonan, tak terasa saya sudah ada di depan gerbang KBA Rawajati. Nampak juga seorang Ibu yang sedang menyapu dedaunan kering.
“Permisi Bu, saya mau bertemu dengan Ibu Sylvia Ermita, apakah sudah datang?” Tanya saya kepada seorang Ibu yang sedang menyapu jalanan tadi. “Sudah mas, silahkan masuk kedalam” Jawab Ibu tersebut diiringi senyum dan mempersilahkan saya masuk. Dengan mendekap sapu ditangannya, Ibu yang kerap dipanggil “Bu Ida” itu mengantarkan saya menuju posko bank sampah untuk menemui Ibu Sylvia.

“Mas Adhi ya? kok pagi-pagi banget mas” Sapa Bu Sylvia. Mumpung tidak hujan, sengaja saya menyempatkan diri untuk berkunjung di pagi hari, saya berharap bisa melihat aktivitas yang dilakukan masyarakat di sekitar kampung. Tidak lama kemudian Bu Sylvia memberikan brosur hijau yang berisi sejarah singkat Bank Sampah Rawajati berserta proses pengolahan yang dilakukan. Nampaknya Bu Sylvia mengerti maksud kedatangan saya untuk mengulas lebih banyak tentang keberadaan Kampung Berseri Astra Rawajati ini.
Saya pun melanjutkan sebuah pertanyaan singkat, “Bagaimana sih Bu, awal terbentuknya KBA Rawajati ini?”. Ibu Sylvia menjelaskan, sebelum terbentuknya KBA Rawajati muncul gagasan dari seorang warga yang ingin kampung di Rawajati ini memiliki ikon tersendiri. Dari ikon inilah yang nantinya menjadi ciri khas atau daya tarik masyarakat pada umumnya untuk berkunjung. Diinisiasi ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan warga sekitar, terbentuklah gerakan cinta lingkungan dengan memilah sampah organik dan anorganik. “Sampah organiknya kita jadikan kompos tanaman, dulu ada warga yang punya komposer dan sampah anorganiknya kita jual ke pemulung” jelas Bu Sylvia.
Gerakan Cinta Lingkungan melahirkan Bank Sampah Percontohan

Permasalahan sampah anorganik sempat menjadi wacana ibu-ibu PKK, namun saat itu belum sempat terfikirkan tentang bank sampah, kendala saat itu karena memang tempatnya yang tidak ada. Pada tahun 2008, melihat perkembangan bank sampah yang mulai banyak dilakukan oleh beberapa wilayah, akhirnya ibu-ibu PKK berinisiasi untuk mencarikan tempat dan mulai menerapkan bank sampah di wilayah RW 03 Rawajati.
Pada tahun 2010 diresmikanlah Bank Sampah Rawajati oleh camat Pancoran, kemudian disusul pada Januari 2011 diresmikan kembali Bank Sampah Percontohan Rawajati oleh Ibu Sri Hartati -Istri dari gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012, Fauzi Bowo- lantaran keberadaan Bank Sampah Rawajati menjadi pelopor di Jakarta dan diharapkan mampu menjadi penggerak bank sampah di wilayah lainnya.
Bank Sampah dan Kemana Perginya Sampah

Kemana perginya sampah? pastinya jawabaan atas pertanyaan itu ada pada Bank Sampah Percontohan Rawajati. Sejatinya sampah organik, maupun anorganik semua bisa diminimalisir dengan langkah dan aksi peduli lingkungan yang tak luput dari dukungan warga sekitar. Melalui gerakan peduli lingkungan yang diinisiasi oleh ibu-ibu PKK, terbentuklah aktivitas seperti mengubah sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang plastik menjadi lebih bernilai dan menyulap koran menjadi kerajinan menarik.
Mengubah Sampah Organik menjadi Kompos

“Biasanya setiap hari petugas kebersihan (PPSU) setor sampah daun-daun kering yang ada ditaman situ, kalau warga sih biasanya hari libur, sabtu atau minggu” Jelas Bu Sylvia. Gerakan peduli lingkungan dari memilah sampah organik yang dijadikan kompos ternyata menjadi sorotan Sudin Kebersihan Jaksel dan kemudian memberikan bantuan mesin pencacah kompos seperti yang ada diarea pengolahan kompos. “Mesin pencacah ini juga sumbangan dari Sudin Kebersihan Jakarta Selatan” Ujar Bu Sylvia.

Dari informasi yang saya dapatkan gas metana itu jauh lebih bahaya dari pada karbondioksida terhadap lapisan ozon. Jadi kalian bisa bayangkan berapa banyak gas metana yang dihasilkan oleh tumpukan sampah yang ada di TPA, pastinya ini berdampak juga terhadap perubahan iklim yang sekarang kita alami. Tentunya Bank Sampah Percontohan Rawajati sudah berkontribusi mengurangi tumpukan sampah di TPA dengan mengurai sampai organik menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai pupuk.
Mendaur Ulang Sampah Anorganik Menjadi Bernilai Â

Setelah Bank Sampah Rawajati diresmikan, semakin hari kian banyak warga yang berbondong-bondong membawa sampahnya untuk ditabung. Jumlah nasabah bank sampah sampai dengan saat ini sekitar 770-an orang dari 7 RW di Rawajati, pastinya yang telah tercatat dan menyetorkan sampah anorganik. Untuk gelas air mineral bersih dihargai Rp 50 per botol atau Rp 3.000 per kilogram (kg), kardus dihargai Rp 1.100 per kg, koran Rp 1.200 per kg dan barang-barang lainnya sesuai dengan harga yang telah ditentukan.


Walaupun usianya tidak muda lagi, namun semangatnya melayani setiap nasabah yang datang perlu diacungi jempol. Rasa kepeduliannya terhadap lingkungan tercermin dari pekerjaanya yang tidak terlepas dari sampah. Mulai dari memilah sampah, menghitung timbangan sampah dari setiap nasabah, mencacah sampah agar bisa didaur ulang hingga merapihkan plastik menjadi susunan yang tertumpuk rapi.
Menyulap Koran Bekas menjadi Kerajinan Menarik

Tak lama kemudian saya ditantang oleh Bu Ida untuk membuat kerajinan dari koran bekas. Kelihatanya sih sangat mudah, tetapi setelah saya mencobanya ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak gulungan kertas yang saya lakukan lebih pendek dari biasanya, bahkan ada gulungannya yang kurang rapat. Kemudian Bu Ida yang merupakan anggota dari perkumpulan ibu-ibu PKK, mulai mengajari saya teknik menggulung koran yang nantinya sebagai bahan pembuatan mangkok, alas minum, tempat pensil ataupun nampan yang semuanya itu terbuat dari bahan koran bekas.

Kerajinan ini juga kerap diikutkan dalam pameran diberbagai tempat, bahkan stan KBA Rawajati yang paling dipadati lantaran hasil kerajinannya yang unik dan menarik. Hasilnya penjualannya pun lumayan laku keras, sehingga pendapatannya bisa digunakan kembali untuk biaya operasional.

Memupuk Generasi Peduli Lingkungan melalui PAUD Bunga Jati

Gedung ini juga merupakan persembahan dari Astra dalam salah satu pilarnya yaitu pendidikan. Tujuannya tentu untuk mensejahterakan masyarakat dengan membangun fasilitas dan sarana pendidikan. “Peran Astra tidak hanya menyumbang mesin pencacah sampah anorganik saja Mas, tetapi juga membangun gedung ini” kata Bu Sylvia sambil menunjuk gedung yang bercorak adat betawi.

Dibalik Penghargaan dan Peranan Astra


Apresiasi ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan warga yang tidak sia-sia menggaungkan gerakan cinta lingkungan. Kegembiraan warga tentunya menularkan energi positif bagi diri saya untuk selalu peduli terhadap lingkungan kapan pun dan dimana pun saya berada. Saya sungguh bangga dengan kegigihan ibu-ibu PKK yang selalu memberikan ide, pengurus KBA Rawajati yang setia selalu melayani masyarakat dan semangat warga yang tak pernah padam untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari sampah.
Pencapaian ini tentu tidak terlepas dari peranan PT. Astra International Tbk yang terus memberikan kontibusi berkelanjutan dalam empat pilarnya yang mencakup pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan sebagai pondasi dalam program CSR-nya. Dengan ini tentunya Astra akan lebih fokus lagi pada pembinaan Kampung Berseri Astra lainya, Untuk Indonesia Hijau.
“Astra tentunya telah berperan banyak terhadap KBA Rawajati, Mas. Mulai dari sumbangan mesin pencacah, pembangunan gedung serbaguna, pelatihan kerajinan dari barang bekas, pelayanan kesehatan seperti posyandu dan pemeriksaan kesehatan gratis, sampai yang terakhir yaitu mengganti atas ruang taman yang sebelumnya sudah mulai bocor” Ujar Bu Sylvia.
Harapanya semua bisa terinspirasi dengan adanya Kampung Berseri Astra Rawajati untuk menciptakan lingkungan hijau dan bersih dari sampah. Dan semoga Astra selalu menjadi panutan dalam membangun Negeri.
Semangat Indonesia, Lingkungan Hijau Bebas Sampah…