Ramadan adalah Bulan yang didalamnya penuh dengan keberkahan, bulan yang selalu dinantikan umat muslim

untuk melipatgandakan pahala dengan berbagai bentuk ibadah dan saling berbagi dalam kebaikan.

Namun bagaimanakah potret Ramadan kali ini disebuah tempat yang dikenal dengan

Pulau Seribu Masjidnya ?

Pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat baru-baru ini mendapatkan penghargaan di ajang World Halal Travel Awards (WHTA) 2015   telah menjadi perhatian masyarakat dunia pariwisata. Beberapa penghargaan yang disandang yaitu sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia dan juga destinasi bulan madu halal terbaik dunia.

Atas dasar penghargaan yang diterimanya telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap   pertumbuhan wisatawan Lombok di tahun berikutnya.

Nah, sebagai destinasi wisata halal terbaik tentunya akan memiliki kesan tersendiri ketika memasuki bulan yang penuh berkah yaitu Bulan Ramadan, saya semakin penasaran bagaimana sih potret Ramadan di Pulau yang terkenal dengan 1000 Masjidnya ?

Tradisi Ziarah Kubur

Kalo tradisi yang satu ini merupakan tradisi yang tidak hanya dilakukan di Pulau Lombok saja, namun di Pulau Sumbawa masyarakatnya juga  melakukan tradisi serupa.  Tradisi ziarah memang menjadi  sebuah tradisi sebagai bentuk refleksi pengingat diri bahwa manusia tidak akan selamanya hidup di dunia ini.

Umat Islam di Pulau Lombok atau pun Pulau Sumbawa pada umumnya melakukan ziarah ke makam alim-ulama atau tokoh agama yang disegani. Misalnya Makam Loang Baloq , Makam Batu Layar , atau Makam Ketaq.

Setelah Tradisi Ziarah selesai umat Islam juga akan melakukan aksi bermaaf-maafan dengan keluarga, kerabat, dan tetangga. Ini bertujuan untuk meleburkan segala bentuk kesalahan yang disenganja maupun tidak disegaja sebelum memasuki bulan puasa.

Tradisi Dile Jojor

Tradisi Dile Jojor mungkin masyarakat diluar Pulau Lombok dan Sumbawa tidak banyak yang tahu tentang tradisi yang satu ini. Tradisi ini dilakukan pada sepuluh hari terakhir dibulan Ramadan tepatnya pada malam-malam yang terdapat kemuliaan atau malam laliatul qadar.

Masyarakat  menyalakan ‘dile jojor’, sejenis obor yang berasal dari buah jamplung yang dibakar. Oleh warga setempat, tradisi ini disebut dengan tradisi ‘maleman’.

Tradisi ini bertujuan agar warga tetap terjaga dan beribadah untuk menyambut malam Lailatul Qadar.

Semua tradisi yang di lakukan tidaklah semata-mata hanya sebuah tradisi tetapi juga memberikan berbagai  arti dan pelajaran penting bagi kehidupan kita dalam menyambut tamu agung yang telah dinanti-nantikan. Tradisi bebersihan mungkin sebuah pesan bagi kita  untuk senantiasa membersihkan jiwa dan raga kita agar terhindar dari perilaku  tidak baik, tradisi ziarah makam memiliki makna bahwa kita tidak selamanya hidup didunia ini, akan ada hari dimana kita akan meninggalkan dunia yang fana ini dan tradisi  dile jojor merupakan  pelajaran bagi kita untuk bersemangat dalam memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dimalam yang penuh kemuliaan dan keberkahan dibulan suci Ramadan.

Nah, berkaitan dengan memanfaatkan  waktu dibulan suci Ramadan, aktifitas iktikaf atau berdiam diri di masjid merupakan alternatif kegiatan ibadah yang   sekaligus wisata rohani  jika kita berkunjung disebuah Pulau Lombok atau Pulau Sumbawa yang memang terkenal dengan pesona seribu masjidnya.  Alternatif ini mungkin bisa kita jadikan perjalanan rohani yang bisa memberikan pengalaman tersendiri ketika kita melakukan serangkaian ibadah di pulau yang terkenal dengan seribu masjid. Untuk lebih tahu tentang Pesona Seribu Masjid yuk kita telusuri pesonanya…